Semangat untuk melakukan perubahan terpancar dari rona dan senyum para peserta Lokakarya Living Values Education (LVE) yang diselenggarakan oleh Karuna Bali, 23-25 Agustus 2019 di CAMPUHAN College, Ubud. Para fasilitator, Wayan Rustiasa dan Ni Wayan Yeniari, mengajak para peserta untuk melihat kembali bagaimana nilai-nilai yang sudah dimiliki setiap individu dapat melayani hidup mereka dan orang-orang di sekitarnya. “Jika engkau terhubung dengan CINTA KASIH, apa yang kira-kira CINTA KASIH akan katakan kepadamu?” Demikian salah satu pertanyaan reflektif yang diajukan oleh Wayan Rustiasa.
Lokakarya ini diikuti oleh 16 orang peserta yang berasal dari berbagai lembaga bahkan perorangan/pribadi, antara lain: empat orang staff Karuna Bali, satu orang dari ISCO Foundation, lima orang staff dari PUSPADI Bali, tiga orang staff dari Yayasan Kasih Peduli Anak (YKPA), satu orang pensiunan guru, satu orang ibu rumah tangga, dan satu orang mahasiswa. Yang paling mengesankan pada lokakarya ini adalah kehadiran bapak Supriyo, pria berusia di atas 80 tahun ini menunjukkan semangat dan ketekunan yang luar biasa yang menginspirasi peserta-peserta muda lainnya. “Semua sesi saya suka dan akan saya bagikan pengetahuan ini dengan teman-teman di lingkungan saya.” Begitulah ungkapan beliau diakhir kegiatan.
Lokakarya LVE adalah sebuah lokakarya experiential dan interaktif yang dirancang untuk melatih keterampilan menciptakan suasana berbasis nilai. Lokakarya dilaksanakan selama tiga hari dengan total sesi inti 16 jam. Peserta yang telah mengikuti seluruh sesi diharapkan dapat menjadi fasilitator aktivitas nilai dengan terus berlatih dan mempraktekkan aktivitas nilai dilingkungannya.
Selama mengikuti lokakarya, para peserta mengaku semakin terhubung dengan nilai-nilai yang ada di dalam diri mereka. Dayu Seri, salah satu peserta mengungkapkan bahwa dia semakin menyadari nilai-nilai yang ada di dalam dirinya dan ingin agar nilai-nilai tersebut bersinar terang. Dayu juga menjelaskan bahwa dia semakin menghargai dirinya sendiri. Sebagian besar dari para peserta sangat menyukai sesi kesadaran nilai. Selain itu, resolusi konflik juga menjadi sesi yang difavoritkan oleh semua peserta. Melalui sesi resolusi konflik, para peserta menemukan bahwa peran mediator dalam membantu proses menyelesaikan konflik sangat ditunjang oleh keterampilan Mendengar Aktif.
Di setiap akhir kegiatan para peserta lokakarya diberikan kesempatan untuk memilih sebuah kartu nilai. Fasilitator mengawalinya dengan mengajak peserta untuk hening, menutup mata dan mengatur nafas, lalu membayangkan satu nilai yang dominan ada di dalam dirinya. Setelah mendapatkan kartu, peserta dipersilakan membagikan kesannya terhadap pesan dalam kartu tersebut. “Kartu yang saya peroleh mensugesti saya untuk memiliki nilai luhur yang tercantum dalam kartu tersebut” kata Ita, salah satu peserta yang juga seorang pengajar di Campuhan College.
Menutup seluruh rangkaian lokakarya, para peserta membuat Lorong Cinta dengan membuat dua barisan dan saling berhadap-hadapan. Satu persatu peserta melewati Lorong tersebut dan memberikan kesempatan peserta lainnya membisikkan sebuah nilai. Tangis haru dan kebahagiaan menyertai peserta yang melewati Lorong Cinta. Di ujung Lorong, para Fasilitator membagikan sertifikat yang menandai lahirnya seorang Fasilitator Aktivitas Nilai.
Kontributor: Elis Huwa & Salendri