Komunikasi yang lancar antaranggota keluarga bisa membuat rumah ibarat surga. Sebaliknya, macetnya komunikasi dalam keluarga bisa mengubah rumah bak neraka.

Tetapi, taukah Anda, membangun komunikasi yang baik dengan cara bercengkerama akan lebih efektif di dalam keluarga.

Hanya saja, masih banyak orang tua yang tak sempat bercanda dengan anak-anak mereka. Itu bisa terjadi karena kesibukan di tempat kerja, kemacetan lalu lintas yang membuat mereka kelelahan saat tiba di rumah, atau waktu istirahat yang semakin pendek.

Dengan kondisi ini, jika anak anak masih kecil, orang tua cenderung tak mengalami kesulitan berkomunikasi dengan mereka. Tapi setelah anak-anaknya sekolah, kesulitan itu mulai terasa.

Menurut psikolog keluarga Rose Mini, orang tua supersibuk perlu lebih kreatif dalam membangun komunikasi. Waktu dan tempat hanyalah pendukung. Yang terpenting, sampainya pesan kebersamaan bagi semua anggota keluarga.

Komunikasi bisa terjalin saat duduk bersama di depan televisi, berbaring di kamar tidur, atau saat perjalanan di dalam kendaraan. Selain itu, komunikasi bisa dilakukan lewat sentuhan dan pelukan.

Nah, dua bahasa abstrak itu -sentuhan dan pelukan- merupakan cara yang mampu menggambarkan kasih sayang dan eratnya ikatan antaranggota keluarga. Kualitas kebersamaan lebih penting ketimbang kuantitasnya.

Caranya, isilah setiap waktu berkumpul yang singkat dengan obrolan bermutu. Misalnya, waktu makan bersama dipakai untuk saling bertukar informasi antara orang tua dan anak.

Komunikasi yang lancar bisa terjadi jika setiap anggota keluarga saling percaya. Anak, misalnya, hanya akan mengungkapkan urusan pribadinya jika dia percaya orang tua tak bakal memarahinya. Maka saat anak salah, jangan langsung dimarahi. Sebab, itulah tandanya anak nyaman berbicara dengan orang tuanya.

Sayangnya, masih ada orang tua yang menerapkan pola komunikasi keluarga zaman dulu. Orang tua kerap mengajukan pertanyaan yang bersifat menginterogasi. Mestinya, orang memancing anaknya berbicara lepas. Kalau ada gelagat si anak mau melindungi privasinya, hindari memaksa si anak berbicara, dan tunggu waktu yang tepat untuk melakukannya.

Ada juga orang tua yang meminta penghormatan berlebih dari sang anak. Padahal orang tua zaman kini kadang perlu memposisikan diri sebagai teman yang bisa mendengar curahan hati anak-anaknya. Orang tua pun harus rela dikritik.

Psikolog Rose Mini menyarankan agar orang tua menghormati anak dan hak-haknya. Dalam beberapa hal, anak perlu disertakan dalam pengambilan keputusan penting bagi semua anggota keluarga.

Apabila setiap anggota keluarga saling terbuka dan menghargai, perpecahan keluarga mungkin bisa dicegah lebih awal.

Lakukan sentuhan dan pelukan pada anak Anda, serta jagalah kualitas pertemuan antarkeluarga! Selamat mencoba.

_____
Penyunting: em_Zya | Readmore: cantik.tempo.co

Tinggalkan Balasan

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Post comment