Ubuntu In Today’s World
Kita sudah pada beberapa tahapan akhir dari Ubuntu, dimana peserta diajak untuk merefleksikan makna Ubuntu sesuai pemahaman dan pengalaman masing-masing.
Selama ini, Ubuntu telah didefinisikan sebagai “Keyakinan pada ikatan universal untuk saling berbagi yang menghubungkan seluruh umat manusia”, atau “sebuah esensi dari kemanusiaan kita”. Dalam kata yang sederhana, Ubuntu bermakna, “Aku ada, karena kamu ada” atau “Saya ada karena kita”.
Melalui aktivitas relaksasi dan diskusi, setiap orang diminta untu merefleksikan spirit Ubuntu yang masih hidup di dunia sekarang, atau spirit Ubuntu yang perlahan sudah hilang di antara manusia. Memahami tantangan yang membuat semangat Ubuntu sulit hidup dalam hati kita dan masyarakat kita. Serta, merumuskan solusi untuk mengenali kembali semangat Ubuntu dalam diri dan lingkungan sekitar dan membuatnya hidup kembali untuk dinikmati dalam kebersamaan: “I am because we are!”
Tak hanya sekedar sharing dan menggali ide saja, dengan aktivitas Ubuntu Cake, semua diminta untuk mengekspresikan Ubuntu melalui seni, “Hadiah apa yang ingin Anda berikan kepada dunia? Apabila dalam bentuk kue dan bahannya adalah nilai-nilai, Anda akan menggunakan bahan apa saja? Bagaimana proporsi bahan-bahan tersebut? Lalu, bagaimana Anda akan mengolahnya?
Dari aktivitas seni ini, peserta distimulus untuk mengalami nilai peduli, belas kasih, saling mempertimbangkan, kerjasama dan persatuan, dan keterampilan untuk merencanakan, menyepakati bangunan, berbagi tugas, ekspresi artistik, dan keterampilan presentasi. Nilai dan skill ini butuh diperhatikan, agar berkembang pula beberapa softskill dalam diri peserta.
“In Ubuntu societies, reconciliation often follows forgiveness through a gesture that shows willingness to ‘fix the damage’. Thus, if you played in my garden and ruined my plants, then, after adminitting it, asking for and receiving forgiveness, you would offer to come and work in my garden and put in right.” [Ms Fatima Dike, South Afrika]
Bersambung…