ERA kehidupan yang canggih dan budaya konsumtif yang meningkat, membuat manusia semakin sulit menentukan indikator-indikator kebahagian hidupnya, ditambah lagi begitu banyak ukuran kebahagian yang digunakan.
Sesungguhnya kebahagian itu adalah perasaan merasa cukup yang letaknya di hati. Perasaan cukup di hati itulah kebahagian. Gak percaya? Kita lihat. Orang yang berada di istana dengan kondisi terkurung tidak ada siapa-siapa, apakah hatinya bahagia?
Mendidik generasi muda agar tidak terkena wabah konsumtif dalam kebahagian semu dapat dilakukan dengan cara-cara sederhana. Inspirasi aktivitas berbasis nilai kesederhanaan ini dapat membantu orang tua menanamkan kebahagiaan hati kepada anak-anak selagi usia dini.
Cobalah tanyakan kepada anak Anda buah-buahan atau bunga apa yang ia suka, misalkan ia suka mangga, tanyakan kepadanya apa yang ia suka dari mangga? Mungkin anak akan jawab: warnanya, baunya, rasanya, dan sejenisnya.
Katakan kepada anak Anda, ternyata buah mangga secara alami memiliki daya tarik. Lanjutkan pertanyaan kepadanya, bagaimana perasaannya ketika makan buah mangga yang manis? Mungkin ia akan menjawab: Senang! Enak! Suka!
Nyatakankan oleh Anda kepada mereka, itulah rasa BAHAGIA. Sebuah perasaan suka seperti saat kamu menikmati buah mangga, bahagia bisa didapat dengan menikmati buah mangga yang manis tadi.
Dari aktivitas ini, kita dapat tanamkan kepada anak-anak bahwa banyak kebahagian di sekitar kita yang dengan mudah kita miliki, kita rasakan. Selamat menikmati kebahagiaan yang sederhana!
“Dan sungguh, Dialah yang memberikan kekayaan dan kecukupan.” [QS. 53: 48]
* Penulis adalah Trainer LVE, artikel dimuat pada Harian Amanah Makasar, rubrik Curhat-Curhat Positif.