#2 KENAPA MENGGUNAKAN METODE LIVING VALUES EDUCATION?

Anak-anak dan generasi muda di seluruh dunia menghadapi masalah yang sama.
Mereka dipengaruhi oleh kekerasan, konsumerisme, dan gaya hidup bebas yang berasal dari pengaruh tayangan televisi, internet, dan ruang sosial. Akhirnya mereka tercerabut dari masyarakat, sikap hormat-menghormati satu sama lain semakin menipis, tawuran, terlibat gank motor, narkoba, dan prestasi menurun. Para orang tua, pendidik, dan warga di banyaknegara prihatin tentang trend yang mengkhawatirkan ini. Lalu, apa yang harus dilakukan?

Banyak dari mereka percaya, salah satu solusi yang dapat diberikan adalah mengembalikan pendidikan pada pembiasaan nilai-nilai luhur ajaran agama, tradisi budaya, dan kemanusiaan. Pendidikan harus lebih berkualitas lagi, tidak hanya dari aspek kognitif (pengetahuan, hasil UN), namun juga mulai mempromosikan pendidikan yang melibatkan ranah afektif (rasa emosi dan rasa spiritual) serta psikomotorik (kemampuan mempraktekkan). Nilai-nilai seperti perdamaian, cinta, menghargai, tanggung jawab, toleransi, kerjasama, kebebasan, dan kesederhanaan dianggap sebagai nilai-nilai universal mendasar yang dapat mendorong generasi muda mampu bertahan di tengah efek negatif globalisasi, sekaligus dapat menjadi kreatif dan inovatif.

Pendidikan karakter merupakan salah satu tanggapan positif di dunia pendidikan Indonesia untuk mengatasi masalah bersama ini. Program Pendidikan Menghidupkan Nilai (Living Values Education Program – LVEP) memberikan pendekatan alternatif penerapan pendidikan karakter di ruang kelas dan budaya sekolah. Hingga penerapan pendidikan karakter bukan hanya pada tataran administratif, tetapi mampu menjadi sebuah model dengan tingkat keberhasilan yang nyata dan terukur.

Pendidikan Menghidupkan Nilai (Living Values Education) dapat mewakili tanggung jawab orang tua dalam memastikan anak-anaknya memiliki kepribadian yang berbasis nilai luhur agama dan budaya. Pendidikan menghidupkan nilai dapat berlaku efektif terutama karena didasarkan pada beberapa keyakinan dasar, yaitu:

Pertama, semua orang telah memiliki nilai kebaikan, baik dari Tuhan dan dari
pengalaman social. Atas dasar hal ini, proses pendidikan tidak dilakukan dengan “memaksa” anak-anak untuk bernilai, melainkan mendorong setiap anak untuk mengapresiasi “nilai baik” pada dirinya, merefleksikannya, kemudian melahirkan nilai sesuai dengan potensi yang dimilikinya.

Kedua, LVEP meyakini bahwa “nilai tak bisa diajarkan, nilai hanya bisa diteladani”. Melalui keyakinan ini, LVEP terlebih dahulu membantu para pendidik untuk melahirkan nilai dirinya (Kesadaran Nilai), kemudian dilengkapi keterampilan-keterampilan agar nilai-nilai itu bisa dinikmati bersama orang lain, khususnya anak didiknya.

“Mari mengeksplorasi dan mengembangkan nilai-nilai positif, bergabung dalam Gerakan Global Budaya Perdamaian bersama 120 negara untuk masyarakat dunia yang lebih baik.”

Tinggalkan Balasan

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Post comment