Bagaimana awal mula Anda mengenal LVE?

Saya pertama kali mendengar tentang LVE ketika sedang mempelajari meditasi dan spiritualitas di Brahma Kumaris. Saat itu, saya aktif di Yayasan Bali Hati, sebuah lembaga pendidikan di Ubud. Saya yakin bahwa konsep LVE akan sangat bermanfaat bagi para pendidik di Bali Hati. Inisiatif saya untuk mengenalkan konsep ini terwujud ketika saya mengundang Sister Taka, seorang pelatih LVE dari Indonesia, untuk memberikan pelatihan kepada staf pendidik, yang juga dihadiri oleh Chris Drake, Presiden ALIVE.

Meskipun pada awalnya saya hanya bisa mengikuti pelatihan LVE sebagian, pengalaman tersebut meninggalkan kesan mendalam bagi saya. Saya akhirnya memutuskan untuk terlibat lebih dalam.

Sejak kapan Anda menjadi Trainer dan mengapa Anda mau berkomitment menjadi Trainer LVE?

Saya menjadi Trainer sejak tahun 2009. Keputusan untuk menjadi Trainer LVE didasari oleh keinginan saya untuk memperdalam pemahaman dan keterampilan saya dalam konsep ini. Hal ini membantu saya mengintegrasikan nilai-nilai tersebut ke dalam semua aspek kehidupan saya. Bagi saya, berbagi pengetahuan yang telah memberi begitu banyak manfaat adalah suatu kepuasan. LVE telah memperkaya hidup saya, dan saya berharap banyak orang dapat merasakan manfaat yang sama.

Apa kesibukan Anda akhir-akhir ini?

Saat ini, saya fokus pada perawatan kesehatan diri, keluarga, dan orang tua. Kehidupan di desa dengan kekayaan adat dan budaya Bali membuat saya terlibat dalam kegiatan adat dan keagamaan. Saya juga sedang aktif di kebun, mempelajari pertanian dan produksi pupuk organik.

Apa harapan Anda untuk LVE di Indonesia?

Harapan saya untuk LVE di Indonesia adalah agar tumbuh lebih kuat baik dari segi kualitas maupun kuantitas para pelatihnya. Dengan demikian, LVE dapat memberikan kontribusi yang lebih besar dalam berbagai bidang kehidupan di Indonesia, khususnya dalam dunia pendidikan.